2007/08/20

Shinsengumi

Shinsengumi (Kanji: 新選組 atau 新撰組) adalah sebuah kesatuan polisi khusus pada masa keshogunan terakhir.

Latar Belakang Sejarah
Setelah Jepang membuka diri pada dunia Barat mengikuti kunjungan perwira AS Komodor Matthew Perry pada 1853, situasi politik secara bertahap menjadi makin keras. Negara terbagi menjadi beberapa garis pendapat politik; satu dari beberapa kelompok pemikiran ini (yang telah ada sejak kedatangan Perry) sonnō jōi: "Hormati Kaisar, Usir Orang Asing." Pengikut radikal dari ideologi ini mulai melakukan kegiatan pembunuhan dan kekerasan di Kyoto, ibukota kerajaan. Pada 1963, dalam usaha menjawab keadaan ini, Keshogunan Tokugawa membentuk Roshigumi (浪士組), satu kelompok yang terdiri dari 234 samurai tak bertuan (rōnin), dibawah komando hatamoto Matsudaira Tadatoshi dan pimpinan Kiyokawa Hachirō (seorang ronin dinamis dari Shonai). Misi formal kelompok adalah bertindak sebagai pelindung Tokugawa Iemochi, shogun ke-14, yang mempersiapkan diri untuk mengadakan perjalanan ke Kyoto.

Fakta Sejarah
Rōshigumi, sebagaimana dinyatakan di atas, dibentuk oleh rejim Tokugawa. Meski demikian, tujuan Kiyokawa Hachirō, yang diungkapkannya menyusul kedatangan kelompok itu di Kyoto, adalah untuk mengumpulkan rōnin untuk bekerja dengan imperialis. Sebagai jawaban, tigabelas anggota Rōshigumi menjadi tigabelas anggota pendiri Shinsengumi. Anggota lain yang setia pada pemerintahan Tokugawa kembali ke Edo dan membentuk Shinchōgumi 新徴組, yang mengikuti bentuk wilayah Shōnai.

Anggota Shinsengumi aslinya dikenal sebagai Miburō (壬生浪), artinya "ronin dari Mibu," Mibu adalah wilayah kumuh di pusat Kyoto di mana mereka ditempatkan. Kendatipun, reputasi Shinsengumi menjadi kusam dengan cepat, dan panggilan mereka kemudian berubah menjadi “Serigala Mibu" (壬生狼, sama pengucapannya). Shinsengumi bisda diartikan "Kesatuan Pilihan Baru" (Shinsen berarti “baru dipilih," sementara "gumi" diartikan sebagai “kelompok," "tim," atau "pasukan"). Komandan asli Shinsengumi adalah Serizawa Kamo, Kondō Isami, and Shinmi Nishiki. Awalnya, kelompok dibagi dalam tiga faksi utama: kelompok Serizawa, kelompok Kondo, kelompok Tonouchi (daftar anggota di bawah). Meski demikian, Tonouchi dan Iesato dibunuh tak lama setelah pembentukannya.

Faksi Serizawa:
Serizawa Kamo
Niimi Nishiki
Hirayama Gorou
Hirama Juusuke
Noguchi Kenji
Araya Shingorou
Saeki Matasaburou

Faksi Kondo:
Kondo Isami
Hijikata Toshizo
Inoue Genzaburō
Okita Souji
Nagakura Shinpachi
Saito Hajime
Harada Sanosuke
Todo Heisuke
Yamanami Keisuke

Faksi Tonouchi:
Tonouchi Yoshio
Iesato Tsuguo
Abiru Aisaburo
Negishi Yuuzan

Setelah hilangnya Tonouchi Yoshio dan faksi ketiganya, kelompok kemudian terdiri dari dua faksi: kelompok Mito Serizawa dan anggota Shiekan Kondō Isami, keduanya berpusat di lingkungan Mibu Kyoto. Kelompok menyerahkan sebuah surat ke klan Aizu memohon ijin ke polisi Kyoto, dan membalas para revolusioner yang mendukung kaisar melawan keshogunan Tokugawa. Permohonan mereka dikabulkan.

Pada 30 September (kalender bulan 18 Agustus), klan Chōshū dipaksa keluar dari dewan Kekaisaran oleh rejim Tokugawa, klan Aizu dan klan Satsuma. Semua anggota Mibu Rōshigumi dikirim untuk membantu Aizu dan membantu menghadang Chōshū dari dewan kekaisaran dengan mengawal gerbang-gerbangnya. Ini menyebabkan perpindahan kekuasaan di dunia politik di Kyoto, dari kekuatan ekstrem Chōshū yang anti-Tokugawa ke kekuatan Aizu yang pro-Tokugawa. Nama baru "Shinsengumi" disebutkan telah diberikan ke kelompok ini oleh Dewan Kekaisaran atau Matsudaira Katamori (daimyo klan Aizu) atas pekerjaan mereka dalam mengawal gerbang.

Musuh terbesar Shinsengumi adalah ronin samurai klan Mori dari Chōshū yang mendukung imperialis (dan kemudian, mantan sekutu Klan Shimazu dari Satsuma).

Ironisnya, tindakan gegabah Serizawa dan Shinmi, berimbas pada nama Shinsengumi, menyebabkan kelompok ini ditakuti di Kyoto ketika tugas mereka adalah untuk menjaga kedamaian. Pada 19 Oktober 1863, Shinmi Nishiki, yang diturunkan menjadi wakil komandan karena sebuah perkelahian dengan pegulat, dipaksa melakukan seppuku oleh Hijikata dan Yamanami. Kurang dari dua minggu kemudian, Serizawa dibunuh oleh faksi Kondō atas perintah Matsudaira Katamori.

Kasus Ikedaya Affair pada 1864, di mana mereka mencegah pembakaran Kyoto, membuat Shinsengumi terkenal dalam semalam; mereka mendapat banyak anggota baru.

Shinsengumi tetap setia ke Tokugawa Bakufu, dan meninggalkan Kyoto dengan damai di bawah pengawasan wakadoshiyori Nagai Naoyuki, tak lama setelah pengunduran diri Tokugawa Yoshinobu. Meski demikian, sebagaimana mereka ditempatkan sebagai kesatuan keamanan di Fushimi, mereka segara ikut ambil bagian dalam Perang Toba-Fushimi. Kemudian, ketika melanjutkan pertempuran di luar Edo, Isami Kondō tertangkap dan dipenggal oleh pemerintahan Meiji. Sekelompok anggota Shinsengumi di bawah Saitō Hajime bertempur dalam melindungi wilayah Aizu, dan banyak di antara mereka yang pergi ke wilayah utara di bawah Hijikata, bergabung dengan kesatuan dari Republik Ezo. Selama masa ini, Shinsengumi mampu mengembalikan kekuatanya, hingga mencapai angka di atas 100. Secara umum, kematian Toshizō Hijikata pada 20 Juni (kalender bulan 11 Mei) 1869 dilihat sebagai tanda berakhirnya Shinsengumi, meski ada sekelompok yang bertahan, di bawah Sōma Kazue, yang sebelumnya berada di bawah pengawasan Nagai Naoyuki di Benten-daiba, menyerah secara terpisah.

Sedikit dari anggota inti, seperti Nagakura Shinpachi, Saito Hajime, dan Shimada Kai, bertahan dari bubarnya kelompok. Anggota lainnya, seperti Takagi Teisaku, malah menjadi tokoh terkemuka di masyarakat.

Anggota-anggota Kelompok
Pada puncaknya, Shinsengumi memiliki sekitar 300 anggota. Mereka adalah golongan samurai pertama masa Tokugawa yang memperbolehkan mereka yang bukan berasal dari golongan samurai seperti petani dan pedagang untuk bergabung. Sebelumnya, Jepang memiliki system hierarki golongan yang ketat. Banyak yang bergabung dengan kelompok ini karena keinginan untuk menjadi samurai dan terlibat di dunia politik. Meski demikian, adalah anggapan yang salah bahwa sebagian besar anggota Shinsengumi berasal dari golongan bukan samurai. Dari 106 anggota Shinsengumi (dari total 302 anggota saat itu), terdiri atas 87 samurai, 8 petani, 3 pedagang, 3 dokter, 3 pendeta, dan 2 tukang kayu. Beberapa pemimpin, seperti Yamanami, Okita, Nagakura, dan Harada, terlahir sebagai samurai.

Susunan Shinsengumi setelah Ikedaya
Komandan: Kondō Isami, penerus keempat Tennen Rishin Ryū
Sekretaris Jenderal (Wakil Komandan): Yamanami Keisuke
Wakil Komandan: Hijikata Toshizō
Penasihat Militer: Ito Kashitarō
Kapten Pasukan:
Okita Sōji
Nagakura Shinpachi
Saitō Hajime
Matsubara Chūji
Takeda Kanryūsai
Inoue Genzaburō
Tani Sanjūrō
Tōdō Heisuke
Suzuki Mikisaburō
Harada Sanosuke
Mata-mata: Shimada Kai, Yamazaki Susumu

Peraturan Shinsengumi
Inti dari Peraturan Shinsengumi sebagian besar ditulis oleh Hijikata Toshizo. Intinya termasuk lima pasal, melarang tindakan sebagai berikut:
1. Menghindar dari nilai-nilai samurai (Bushido)
2. Meninggalkan Shinsengumi
3. Mengumpulkan uang sepihak
4. Ikut campur dalam urusan orang lain
5. Maju dalam pertarungan pribadi

Hukuman dari pelanggaran atas salah satu aturan ini adalah seppuku. Sebagai tambahan, Shinsengumi mempunyai aturan-aturan ini:
1. Jika pimpinan unit terluka di pertempuran, seluruh anggota unit harus bertempur dan mati di tempat.
2. Meski dipertempuran di mana tingkat kematiannya tinggi, tidak diperbolehkan untuk menarik jasad yang meninggal, kecuali jasad pimpinan unit.

Yang paling terkenal di antaranya adalah: "Jika seorang anggota Shinsengumi maju ke pertempuran melawan seorang asing, apakah sedang bertugas atau tidak, jika dia terluka dan tidak dapat membunuh musuhnya, membiarkan dia melarikan diri, meski hanya terluka di punggung, seppuku tetap diperintahkan."

Hijikata memaksa mereka untuk mengikuti aturan-aturan yang sangat keras untuk membuat kelompok menjiwai semangat bushido (atau samurai), dan untuk menciptakan ketakutan dalam kelompok sehingga mereka mau mematuhi perintah-perintah Hijikata and Kondo secara mutlak. Aturan-aturan ini adalah alasan utama mengapa mereka tumbuh menjadi sebuah kekuatan yang tangguh dan ditakuti, yang terdiri dari ratusan ahli ilmu pedang, masing-masing dibebani dengan sanksi resmi dan kesiapan untuk membunuh yang tak tergoyahkan.

Ada beberapa anggota yang dipaksa melakukan seppuku karena pelanggaran aturan, atau terbunuh karena menjadi mata-mata.

Seragam
Anggota Shinsengumi sangat mencolok dalam peperangan karena seragam mereka yang berbeda.mengikuti perintah dari kapten Shinsengumi Serizawa Kamo, seragam standar terdiri dari haori dan hakama di atas kimono, dengan tali putih yang disebut tasuki mengelilingi dada dan diikat di belakang. Fungsi tasuki adalah untuk mencegah lengan kimono dari menghalangi pergerakan tangan. Keunikan seragam yang paling utama adalah pada haori, yang berwarna asagiiro (浅葱色, umumnya biru muda, tapi bisa juga kuning muda). Lengan haori dihiasi dengan "garis-garis gunung putih," menghasilkan pakaian yang sangan cerah, sangat berbeda dengan yang umum coklat, hitam, dan abu-abu yang ditemukan pada pakaian pejuang. Di tengah pertempuran, seragam Shinsengumi menyediakan tidak hanya berarti memudahkan identifikasi, tapi juga merupakan ancaman yang mudah terlihat oleh musuh.

2007/07/26

Kappa

Kappa (河童, Kappa "anak sungai"), dipanggil juga Gatarō (川太郎, Gatarō "anak sungai") atau Kawako (川子, Kawako "anak sungai"), adalah makhluk legenda; suatu jenis peri air yang ditemukan dalam cerita rakyat Jepang. Meski demikian mereka juga dianggap sebagai bagian dari cryptozoology, yang disebabkan oleh beberapa penampakan. Dalam aliran Shinto mereka dianggap sebagai satu dari banyak suijin (literally "dewa air").

Kebanyakan gambaran memperlihatkan kappa sebagai humanoid seukuran anak, meskipun tubuh mereka lebih menyerupai monyet atau kodok daripada manusia. Beberapa keterangan menyatakan wajah mereka seperti kera, sementara yang lain memperlihatkan mereka dengan paras berparuh yang lebih mirip kura-kura atau bebek. Gambar-gambar biasanya menampilkan kappa dengan cangkan yang tebal dan kulit bersisik dengan warna antara hijau ke kuning atau biru.

Kappa menempati kolam-kolam dan sungai–sungai Jepang dan memiliki beragam tampilan untuk menolong mereka di lingkungan ini, seperti tangan dan kaki yang berselaput. Mereka kadang-kadang juga disebut memiliki bau seperti ikan, dan mereka dapat berenang seperti mereka. Ungkapan kappa-no-kawa-nagare ("seekor kappa tenggelam di dalam sungai") menyampaikan maksud bahwa bahkan ahli pun membuat kesalahan.

Sesuatu yang paling dapat dicatat dari Kappa, meski demikian, adalah lekuk berisi air di atas kepala mereka. Rongga-rongga ini dikelilingi oleh rambut tipis, dan potongan rambut jenis ini dinamai okappa-atama dari makhluk-nakhluk ini. Kappa mendapatkan kekuatan mereka yang luar biasa dari lubang-lubang berisi cairan ini, dan mereka yang berhadapan dengannya dapat memanfaatkan kelemahan ini dengan membuat Kappa menumpahkan air tersebut dari kepala mereka. Kappa memiliki rasa etika yang dalam, jadi sebuah metode yang dipercaya untuk menarik perhatian, untuk sebuah kappa tidak dapat lagi selain membalas dengan bungkukan yang dalam, meski ini mengakibatkan hilangnya kepala-air dalam prosesnya. Ketika habis, Kappa melemah dan mungkin mati. Cerita lain mengatakan bahwa air ini memungkinkan kappa untuk bergerak di darat, dan ketika kosong, makhluk ini tidak dapat bergerak. Anak-anak keras kepala didorong untuk mengikuti kebiasaan membungkuk hingga ke tanah yang merupakan pertahanan dalam melawan kappa.

Kappa adalah pembuat masalah yang nakal. Ejekan mereka mulai dari yang secara relative tidak berbahaya, seperti kentut dengan keras atay memperhatikan kimono perempuan, hingga yang lebih berbahaya, seperti mencuri tanaman, menculik anak-anak, atau memperkosa perempuan. Faktanya, anak-anak kecil adalah salah satu makanan favorit kappa yang rakus, meski mereka juga akan memakan yang dewasa juga. Mereka memakan korban-korban malang ini dengan menyedot keluat shirikodama (尻子玉, shirikodama?) (atau usus, darah, liver, atau “daya hidup,” bergantung pada legendanya) melalui anus. Bahkan sekarang, tanda-tanda bahaya tentang kappa yang muncul dengan tubuh air di beberapa kota dan desa Jepang. Kappa juga disebutkan takut akan api, dan beberapa desa menyelenggarakan festival kembang api setiap tahun untuk menakuti roh-roh ini.

Kappa tidak sepenuhnya antagonis bagi manusia, bagaimanapun juga. Mereka penasaran dengan peradaban manusia, dan mereka bias mengerti dan berbicara bahasa Jepang. Mereka kadang menantang siapa saja yang ditemuinya dalam beragam keahlian, seperti shogi atau gulat sumo. Mereka juga mungkin bersahabat dengan manusia sebagai pertukaran atas hadiah-hadiah dan penawaran-penawaran, terutama mentimun, makanan yang dikethui kappa dapat menikmatinya lebih dari anak-anak manusia. Orangtua masyarakat Jepang kadang menulis nama anak-anak mereka (atau mereka sendiri) pada mentimu dan melemparkannya ke perairan yang didalamnya terdapat kappa dalam rangka membujuk mereka dan mengizinkan keluarganya untuk mandi. Bahkan ada sejenis sushi gulung isi mentimun yang dinaman kappa, kappamaki.

Sekali bersahabat, kappa diketahui melakukan beragam pekerjaan untuk manusia, seperti membantu petani mengairi sawahnya. Mereka juga memiliki pengetahuan dalam bidang pengobatan, dan legenda menyatakan bahwa mereka mengajarkan seni mengembalikan tulang ke posisinya pada manusia. Karena beberapa aspek kebaikan hati ini, beberapa kuil didirikan untuk memuja khususnya Kappa yang suka menolong. Kappa juga bias ditipu untuk menolong orang. Dengan rasa sopan yang kuat tidak menizinkan mereka untuk melanggar sumpah, sebagai contoh, jika seorang manusia mampu menipu kappa hingga berjanji untuk menolongnya, kappa tidak memiliki pilihan kecuali mengikutinya.

2007/07/24

Story of Amaterasu

Amaterasu disebutkan dalam Kojiki sebagai dewi matahari yang dilahirkan dari Izanagi, yang juga ditemani oleh saudaranya, Susanoo, penguasa badai. Dalam Kojiki, Amaterasu dijabarkan sebagai dewi yang darinya seluruh cahaya berasal, dan jura sering diartikan sebagai dewi matahari karena kehangatannya dan kepeduliannya kepada meraka yang memujanya; sebuah interpretasi dari “cahaya” atau “panas” sebagai semangat, atau kesucian. Ini hampir menyerupai sebuah interpretasi, seiring dengan melihat tindakan saudaranya, Susano'o, dia melarikan diri ke sebuah gua, Ama-no-Iwato dengan malu, memadamkan cahaya yang dipancarkannya dan menjerumuskan dunia dalam kegelapan.


Mengenyampingkan fakta bahwa beberapa daftar interpretasi Amaterasu terpaksa bertindak dalam keadaan malu, tercatat dalam beberapa tempat yang dipicu oleh ketakutannya atas balas dendam dari saudaranya. Menurut satu interpretasi, Amaterasu, ketika dikunjungi saudaranya, merasa takut karena penggunaan kekuatan oleh saudaranya; menggunakan petir dan badai untuk menipu bumi sehingga memudahkan jalannya untuk menemuinya di daratan surga (高天原, Takamagahara), yang kemudian mengakibatkan semua makhluk hidup masuk dalam persembunyiannya.


Seiring dengan melihat penggunaan kekuatan oleh Susano'o, Amaterasu mengambil tindakan berjaga-jaga dan mempersiapkan sebuah busur dan tempat panah di sisinya. Mengenyampingkan fakta bahwa tindakan ini bias dilihat sebagai suatu keputusan yang terburu-buru, untuk menemui Amaterasu, Susano'o bersikukuh untuk menemui ibunya di dunia bawah. Meski demikian, diterangkan bahwa Susano'o takut mengalami kekalahan, begitu dia memahami telah menggangu keadaan dunia bawah, dan itu sangat mungkin bagi Amaterasu khawatir Susano'o telah mengunjungi dunia bawah, dan kembali dalam keadaan puas atau berubah.


Dewa-dewa lain memohon agar dirinya keluat, namun gagal. Kemudian dewi Ama-no-Uzume mempunyai sebuah gagasan. Dia menggantung sebuah cermin ( kagami) di pohon terdekat, menyelenggarakan sebuah perayaan dan menyajikan tarian erotis di depan gua. Tindakan ini membuat dewa-dewa lain tertawa dengan keras membuat Amaterasu menjadi penasaran dan mengintip keluar. Dia melihat bayangan dirinya di cermin, yang mengejutkan dirinya betapa dewa-dewa lain mampu menarik dirinya keluar dan meyakinkan dirinya untuk kembali ke angkasa.


Kemudian dia mengirim cucunya Ninigi-no-Mikoto untuk menenangkan Jepang: buyutnya kemudian menjadi kaisar pertama Kaisar Jimmu. Bersamanya dia memiliki sebuah pedang suci (Kusanagi), permata (Yasakani no magatama) dan cermin (Yata no kagami) yang kemudian menjadi tanda kebesaran kerajaan.


Amaterasu juga dihargai dengan menciptakan pengelolaan beras dan gandum, penggunaan ulat sutra, dan menenun dengan alat tenun. Kuil terpenting miliknya, Kuil Besar di Ise, Jepang di pulau Honshū. Kuil ini dirubuhkan dan dibangun setiap duapuluh tahun. Di kuil itu dia diwakili oleh sebuah cermin, satu dari tiga tanda kebesaran kerajaan Jepang.


Dia dirayakan setiap 17 Juli dengan prosesi jalanan di seluruh negeri. Pesta pada 21 Desember, titik balik matahari musim dingin, merayakan keluarnya dia dari gua.


Sampai terpaksa mengakui kesalahan dalam penyerahan diri diakhir Perang Dunia II, keluarga Kerajaan Jepang menyatakan keturunan dari Amaterasu, dan kaisar secara resmi dianggap sebagai dewa.


Kuil Ise terletak di Semenanjung Ise Peninsula di bagian barat Honshu. Kuil Ise disebutkan sebagai kediaman dari Amaterasu dan kediaman cerminnya. Kuil ini, namun demikian, tertutup untuk umum. (wikipedia.org)